Rabu, 19 Juni 2013

AWAS!!! Penduduk Indonesia Tidak Sadar Sedang Di jajah Lagi…



Arus globalisasi yang melanda dunia telah menyeret seluruh negara didunia untuk bersaing dalam segala hal. Globalisasi itu sendiri sepertinya diprakarsai oleh negara-negara maju dan didesain memang untuk menguntungkan negara-negara maju saja, dengan antitesis meruginya negara-negara berkembang yang tidak mampu bersaing. Dengan adanya globalisasi, terdapat “hidden agenda” yang dikomandoi oleh negara-negara maju, sehingga mereka beramai-ramai menanamkan modalnya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Globalisai tidak hanya membawa persaingan ekonomi tetapi juga memabawa ideologi kolonialisme, kapitalisme, hedonisme dan individualisme.

Dalam masalah perbudakan buruh yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan asing yang berasal dari amerika dan sekutunya semisal Nike, Adidas dan GAP dll, terjadi eksploitasi buruh. Dari segi upah terjadi ketidakseimbangan antara beban kerjanya dengan upah yang yang diberikan. Para buruh rata-rata bekerja hampir 16-36 jam sehari, dengan upah yang sangat murah, padahal barang yang mereka buat adalah barang-barang yang mahal. Bayangkan saja sepatu yang bermerek Nike, rata-rata dijual dengan harga diatas satu juta tetapi para buruh hanya mendapatkan upah 5 ribu rupiah saja, dan 9000 rupiah untuk produk Reebok, Adidas, Old Navy dan GAP , angka yang sangat jauh dari harga barang tersebut. Padahal para buruh tersebut rata-rata adalah orang miskin, disertai dengan banyaknya penganguran sehingga mereka mau bekerja apa saja dan berapapun upahnya, kenyataannya gaji yang mereka terima tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari bahkan sangat kurang.

Disisi lain standarisasi kerja yang ditetapkan tidak dijalankan. Dalam suatu wawancara yang dilakukan oleh John Pilger disebutkan bahwa jika ada orang dari Perusahaan induk yang akan masuk untuk mewawancarai para buruh, maka kata-kata yang akan dikeluarkan sudah dibuat oleh orang dalam perusahaan yang berkuasa. Intinya perlindungan terhadap hak-hak buruh yang ditetapkan oleh Pemerintah Dunia seperti diabaikan dan sama sekali tidak diberlakukan. Para buruh dianggap sebagai sebuah mesin yang harus bekerja untuk memenuhi kuota barang yang terkadang tidak mereka tahu alasan mereka kerja lembur dan dengan upah yang sama. Bahkan perusahaan membuat semacam kode etik yang berkedok untuk menjamin standar yang tinggi dan melindungi para buruh padahal kode etik itu hanyalah hiasan belaka dan hampir tidak diperhatikan.
Untuk kasus utang luar negeri, John Filger memaparkan bagaimana utang luar negeri telah menjerat Indonesia menjadi negara penghutang yang mulai runtuhnya orde lama yang dipimpin oleh Soekarno dan mulianya rezim Soeharto. Sejak naiknya Soeharto sebagai Presiden, maka berdatanganlah para investor yang pada masa Soekarno tidak diberikan untuk masuk, bahkan kita mengenal kata-katanya sampai sekarang yakni “GO TO HELL WITH YOUR AID”. Sejak itu, Indonesia dikepung oleh kekuatan Barat yang terorganisasi dengan sangat rapi. Instrumen utamanya adalah pemberian utang terus-menerus sehingga utang luar negeri semakin lama semakin besar. Dengan sendirinya, beban pembayaran cicilan hutang pokok dan bunganya semakin lama semakin berat. Dengan berkedok kemajuan dan kemakmuran rakyat Soeharto memberikan ijin seluas-luasnya kepada para investor untuk menenamkan modalnya. Selain itu, bantuan keuangan yang diberikan oleh IMF yang merupakan dana perhutangan yang diberikan kepada Indonesia. Dengan masuknya IMF, maka selanjutnya perekomian Indonesia dibentuk menurut model Amerika guna mempermudah barat untuk menguasai sumber-sumber mineral, pasar dan buruh murah. Dan orang-orang barat pun menyebutnya sebagai “Upeti Terbesar dari Asia”. Kenyaataannya untuk membanguan suatu gedung-gedung yang tinggi, Mall yang besar dan tempat-tempat yang mewah harus mengorbankan banyak nyawa bangsa Indonesia itu sendiri. Para penguasa barat menyebutnya dengan “Tembakan Kecil Untuk Perubahan”.
Untuk hal itu, Pilgers  mencoba untuk melakukan wawancara langsung dengan para petinggi IMF dan World Bank (WB). John Pilger mempertanyakan alasan lembaga keuangan tersebut tetap memberikan pinjaman kepada rezim Soeharto yang jelas-jelas korup dan dengan mekanisme yang tidak transparan. Yang jelas dari kebijakan tersebut, World Bank dan negara-negara kreditor mengambil keuntungan yang besar dari mekanisme yang tidak transparan dan cacat hukum tersebut melalui proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan multinasional dari negara-negara asal masing-maisng. Jadi, meskipun World Bank dan negara kreditor memberi pinjaman 100%, namun sebenarnya sebagian besar uang tersebut digunakan untuk membuka lapangan pekerja negara kreditor dan hanya sekitar separuh uang pinjaman tersebut benar-benar masuk ke negara miskin tersebut.
Pada pembukaan film dokumenter tersebut, John Pilgers menyajikan sebuah lagu mengenai globalisasi. Maka itulah makna globalisasi yang sesungguhnya
Itulah fakta yang terjadi di Indonesia. Dan pada awal tahun 2000-an, terjadi gerakan jutaan manusia menentang globalisasi di berbagai penjuru dunia. Globalisasi yang didengung-dengungkan oleh Amerika dan negara kapitalis liberal bahwa akan membawa kemakmuran bagi umat manusia ternyata mengakibatkan jurang pemisah yang begitu besar antara si kaya dan si miskin.
Fakta-fakta tersembunyi globalisasi :
·         Sekitar 10% penduduk dunia menikmati dan memiliki 90% kekayaan dunia, sedangkan sisa 90% penduduk dunia harus merebut 10% uang untuk menghidupi keluarganya.
·         Total kekayaan sekelompok kecil orang yang berkuasa ternyata lebih besar dari total kekayaan seluruh penduduk benua Afrika.
·         Seperempat (1/4) kegiatan ekonomi dunia dapat dikuasai hanya dengan 200 perusahaan Corporasi Negara Adikuasa.
Maka dari beberapa penggalan kisah yang memilukan diatas, yang diprakarsai oleh putra bangsa indonesia itu sendiri, kita dapat mangambil kesimpulan bahwa kemiskinan sudah menurun, kelaparan sudah menurun, pengangguran sudah menurun, orang sakit sudah menurun, kriminalitas sudah menurun, individualisme sudah menurun, hedonisme sudah menurun, kapitalisme sudah menurun, dan hutang pada negara asing sudah menurun. Ya, memang sudah menurun. Yakni menurun pada anak cucu kita.

refisi dari Al-Jauziyyah

Dimana Rasa Malu Tersembunyi????




Malu adalah identitas bu­daya timur, terutama Negara kita indonesia yang katanya masih memegang teguh budaya malu, malu itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Namun terkadang rasa malu itu hilang ketika manusia tergoda oleh gemerlapnya kehidupan dunia. Bahkan akibat hilangnya rasa malu dalam diri kita (manusia), sikap manusia jauh lebih rendah dari pada binatang. Mungkin inilah kegelisahan yang sedang kita rasakan saat ini, hilangnya Budaya yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat, yaitu Budaya Malu, banyak berbagai macam berita baik media elektronik maupun cetak, tentang banyaknya orang yang sudah tidak memiliki Budaya Malu, baik Malu atas diri sendiri, keluarga, intitusi, agama bahkan bangsa.
Kata “malu” banyak diper­bin­cangkan dari dulu sampai sekarang. Bahasa “malu” tidak hanya dibicarakan da­lam ruang lingkup  agama, tapi sudah meluas ke segala aspek kehidupan, termasuk aspek politik dan kepemim­pinan yang kian sering ter­dengar di telinga kita bela­kangan ini.  Budaya malu memang sudah tinggalkan oleh sebagian besar masyarakat kita,  inilah faktor utama yang mengakibatkan orang orang sekarang tidak merasa canggung bahkan terang-terangan. Timbul pertanyaan  kemanakah budaya malu yang lekat dengan masyarakat Indonesia ?
Sejenak coba kita cermati makna atau arti kata malu diatas, apakah kita sekarang masih mempunyai perasaan seperti merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah, dsb) ? mungkin sebagian masih merasakanya dan juga rasa malu itu mulai perlahan sudah kita hilangkan dari d
Jika melihat realitas ke­hidu­pan di Indonesia saat ini, ternyata rasa malu juga menjadi barang langka di negeri ini. Rasa malu tidak hanya terkikis bahkan habis, contoh kecil hilangnya malu didalam keluarga Seorang anak tidak punya rasa malu ber­kata-kata kasar dan tidak sopan kepa­da orang tuanya. Seorang bapak  dan ibu yang semes­ti­nya menjadi teladan, tidak malu memper­tontonkan per­teng­karan besar di hada­pan anak­nya. Contoh lain Hal serupa juga terjadi pada pemimpin-pemimpin kita. Sosok yang semestinya menjadi contoh dan suri tauladan, malah memper­tontonkan hal-hal yang jauh dari teladan itu sendiri. Pemimpin-pemimpin sekarang cenderung tidak punya budaya malu dan sibuk terus melaku­kan KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme) terhadap harta rakyatnya. Mereka juga tidak malu mempertontonkan jiwa premanisme dengan aksi baku hantam sesama mereka, kepada jutaan rakyat In­donesia, Seorang polisi mau diso­gok, juga karena hilangnya rasa malu. Seorang ha­kim yang sepatutnyan menjadi dewa ke­adilan, tidak punya rasa malu la­gi me­ne­rima titi­pan uang da­ri ter­dak­wa untuk meng­hapus dakwaan atau mengurangi kadar huku­man­nya di pengadilan.
Yang lebih tragis lagi, kini masyarakat kita yang dulu terkenal akan sopan santun dan tatakramanya, kini mulai luntur.. ketika pakaian dulu menjadi lambang kesopanan dan kehormatan bagi kita.. kini mulai tidak dianggap, tidak malu mempertotonkan tubuh, dengan baju yang sering orang bilang baju kurang benang, or baju belum jadi. Kini baju seperti itu suah menjadi hal yang biasa, bahkan banyak yang tidak sungkan hanya memakai bikini di depan umum. Padahal dulu hal seperti itu di anggap sangat tabu.

 before                                                                              now



               Bahkan saking lunturnya budaya malu di negara kita ini, banyak orang merasa biasa ketika mereka mengupload video – video porno mereka..
Ini lah sedikit contoh dimana hilangnya budaya malu dinegeri kita ini. Sangat ‘TRAGIS’...... =_=

Hukum Indonesia,, kini Milik siapa????






Hukum di Indonesia bisa kita bilang sangat kasihan hal itu dapat dilihat karena hukum di Indonesia yang berlaku saat ini adalah hukum kekuatan dan kemampuan uang. Hukum Yang Berdasar uang bisa memutarbalikkan fakta yang terjadi di masyarakat. Hukum menurut susunannya yakni Hukum UU, ...,Perintah Wapres, dan Perintah Presiden dan dimana menurut logika dan ilmu hukum Bahwa semua hukum di bawah perintah presiden pasti akan kalah.Akan tetapi dalam masa perkembangan Indonesia ini , Apabila yang namanya ‘UANG’ ikut campur itu akan memutar balikkan keadaan. Dimana Hukum UU dan mengalahkan Perintah Presiden.
Diatas tadi kita lihat mengapa hukum di Indonesia tidak berjalan dengan baik.Sekarang kita perhatikan lagi dari sisi pendukung dalam Hukum seperti Jaksa,Polisi,Pengacara,dsb. Jaksa beliau adalah seseorang yang memutuskan hukum di Indonesia secara adil(secara teoristis) namun sekarang mereka menjadi MC dalam acara Lelang, apabila klien memberi uang paling banyak dia akan menang, dan begitulah yangt trerjadi di Indonesia Barang siapa menyogok jaksa dengan uang yang banyak, sangat memungkinkan sekali klien yang telah bersalah sekali dapat menang dalam sidang yang dimiliki.
Pengacara sekarang difungsikan sebagai orang yang pasti bisa memenangkan klien meskipun dia bersalah.Pengacara rela melakukan memberikan bukti dan alibi palsu demi memnangkan kliennya,jelas sekali itu menyalahi aturan kerja, dan pengacara yang sebenarnya bertugas mewakili terdakwa mengungkapan alibinya , menjadi pencari alibi agar dapat memenangkan si Terdakwa itu!
Lalu kini kita bisa melihat dari sisi Polisi, Di Jalan Raya , di Kota Metropolis seperti (Surabaya dan Jakarta) Polisi sering kali hanya memamerkan sepda motor dan mobilnya dan mereka terkadang tidak berkerja dan justru "Bersantai Ria" di dalam Pos Polisi yang kini diberi AC, lalu apabila ada Mobil yang terkena Tilang , sangat sering kita lihat polisi mau melepaskan pelanggar hanya dengan uang 20.000 atau 50.000 dan terkadang justru polisi yang meminta uang pada pelanggar.
Kita lihat dari hal di atas dapat kita simpulkan bahwa hukum Indonesia di Pasca Reformasi sangat Buruk, Coba kita Bandingkan dengan keadaan hukum pada masa Penjajahan Belanda, dimana kita dapat dengan mudah menemukan orang jujur dan semua orang takut akan keberadaan hukum sehingga kriminalitas yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dapat ditekan hingga <> 100 / bulannya. Bagimana kita bisa mengukir lagi negara tipu muslihat menjadi negara taat hukum?
Ayo kita bangun lagi keadilan di tanah air yang kita cintai ini...

DEMONSTRASI Hobby Penduduk Indonesia. . . !?




Semuanya pasti tidak asin ketika melihat banyak warga, mahasiswa, anak- anak, orang tua, bergerombol dan berbondong – bondong membawa spanduk, ban, mencoreng muka, dan foto. Yah “DEMONSTRASI…” siapa yag tidak tau hal itu, bahkan mungkin sudah menjadi hal biasa ketika melihat aksi seperti itu sedang terjadi di sekitar anda. Sangat miris melihat kenyataan bahwa hobi bangsa kita kini adalah berdemo.



 
Saat ini, penduduk kita menganggap bahwa demonstrasi merupakan solusi paling instan dalam menyelesaikan suatu masalah yang dianggap tidak sesuai dengan cara pandang dan keinginan mereka. Demo kini dianggap kalau tidak berdemo maka pemerintah baru mau mendengarkan apa yang menjadi pendapat mereka. “kalau tidak dengan cara ini pasti orang – orang di pemerintahan mana mau mendengarkan pendapat rakyat kecil”. Rata – rata para pendemo selalu berpikir seperti itu.
Padahal, tidak harus semua masalah di selalu di selesaikan dengan cara seperti itu kan?
Masih bisa di adakan musyawarah mufakat yang lebih tertib dan damai. Tapi sangat mengherankan bahwa antara masyarakat dan pemerintah tidak terjalin kerjasama yang baik. Masing – masing bersembunyi dalam tameng mereka sendiri. Mereka berudaha mengamankan diri masing – masing. Itulah yang menjadi awal dari masalah bangsa kita. Sehingga masyarakat menganggap bahwa demo menjadi sarana mengeluarkan aspirasi dan ketidak sukaan. Yang kemudian menjadi kebiasaan dan hobby bangsa kita.
Ketika demonstrasi yang baik, tertib dan damai dijadikan sarana aspirasi rakyat, Itu tidak terlalu bermasalah. Tapi, Yang sangat menakutkan dari Hobby bangsa kita ini adalah ‘Demonstrasi Anarkis’ banyak demo – demo berakhir dengan kekerasan yang kemudian menimbulkan korban, merusak sarana umum. Hal – hal tersebut yang kemudian membuat demonstrasi menjadi ahal yang lekat dengan nilai negatif. Tapi, walau sudah menimbulkan banyak kerugian dan korban. Tapi demonstrasi masih menjadi hobby yang marak di lakukan.
Demo anarkis:


 
Jadi, kita harus lebih dewasa lagi dalam bertindak…!

Bangsaku Miskin , Bangsaku Stylish



Ketika berbicara tentang Indonesia dan dunia mode. Kita pasti sering melihat bahwa bangsa Indonesia termasuk kaum yang memiliki ragam mode khas daerahnya dan juga mengadopsi bangyak gaya dari berbagai negara. Hal ini tidak terlepas dari semakin meluasnya era globalisasi yang banyak di sebarkan. Sebagai sebah negara berkembang Indonesia termasuk negara yang sangat ‘welcome’ dengan datangnya berbagai pengaruh dari luar (negara tetangga).
PERKEMBANGAN industri fashion di Tanah Air memang terbukti cukup signifikan. Tentu saja hal ini berbanding terbalik dengan negara tetangga, Singapura.
Hal ini pun dibenarkan oleh desainer
Ari Seputra. Meski Singapura lebih maju dan kerap kali disebut sebagai surga belanja, rupanya penduduk di negeri Singa itu masih kalah stylish dibanding Indonesia.

"Singapura itu the worst stylish in the world. karena mereka tidak stylish sama sekali. Pakaiannya very casual,  enggak ada orang bergaya,"ujar ari seputra saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, belum lama ini. 
"Berbeda dengan kita yang kalau berpakaian sangat gaya, berusaha untuk tampil menarik," imbuhnya.
 
style indonesia:

style singapura:


Ari sendiri memang mengikuti perkembangan fashion di Singapura. Apalagi karya busananya juga dipasarkan di sana.
"Koleksi yang di sana memang regular karena lebih pemilih. Mereka juga lebih sensitif fabric, price sama styling. Lalu juga yang ditanya pertama bagaimana cara mencucinya, karena mereka tidak suka repot," tutupnya.
Tapi jika kita melihat kembali keadaan  bangsa dan penduduk kita saat ini. Hal tersebut sangat miris, karena sesungguhnya keadaan bengsa kita yang saat ini berada pada kondisi ekonomi menengah kebawah, membuat hal itu patut  kembali di pertanyakan. Bahkan bisa dikatakan kategori ‘ekonomi menengah’ di indonesia itu sebenarnya sebanding dengan kategori ‘ ekonomi bawah’ yang da di negara yang lebih maju.
Tapi, kita termasuk dalam bangsa yang tidak mau tertinggal soal gaya dan fashion. Mau mahal, murah, kualitas rendah sampai kualitas tinggi pun, selama itu masih masuk dalam tren yang sedang ini saat ini, itu termasuk hal yang lumrah di mata bangsa kita. Dan rata- rata lebih sering menghabiskan biaya untuk hal tersebut tanpa memikirkan lagi efek kedepan, apakah pakaian itu akan bertahan dengan perawatan biasa, atau harus mengeluarkan kocek untuk merawatnya lagi. Dan akhirnya akan berefek pada ekonomi rumah tangga.
Yang semakin membuat miris adalah, ketika melihat bahwa style kini di jadikan ajang untuk menaikan gengsi. Bahwa  ketika rata – rata bangsa kita bahkan harus berusaha lagi menaikan kondisi ekonominya, tapi di lupakan dan melenceng untuk menaikan gengsi mereka di lingkungan tempat tinggal mereka.
Sangat di sayangkan… andaikan kita mau lebih banyak belajar….